Wednesday, February 22, 2017

SERBA MENDADAK


Mendadak menjadi politisi hebat. Menebarkan argumentasi melangit di tengah ruang-ruang dialektika yang bukan tempatnya. Berkoar tentang pembenaran atas pengetahuan level A3 tanpa budaya refleksi atas dirinya. Politisi sejati hanya berkata tentang kebenaran, dan bukan pembenaran.

Mendadak menjadi profesor kelas dunia. Menyebut kampus dan ibu kota adalah bagian dari miliknya. Berbicara dengan tutur kata santun bak pesolek nomer wahid. Sejengkal pengetahuan yang dimiliki semerbak perangai tanpa salah. Berkoar tentang keilmuan tanpa dasar. Padahal profesor berkarisma lebih memilih hidup di desa dan mengembangkan potensi daerahnya masing-masing.

Mendadak menjadi kyai tersohor. Seolah punya jutaan santri dan beribu pondok pesantren. Berbicara dengan ayat-ayat, menjualnya untuk kepentingan dirinya dan kelompoknya. Padahal Kyai yang sesungguhnya selalu mengabdikan dirinya pada masyarakat, dengan tutur bahasa yang sederhana dan mudah di pahami.

Segalanya serba paradoks. Hitam dan putih tidak lagi bisa dibedakan. Metamorfosa tanpa lagi menatap sejarah masa lampau. Sejarah yang dibangun atas dasar kesadaran sebagai manusia. Manusia yang sudah tidak mampu lagi memanusiakan manusia. Manusia yang sudah tidak lagi mengenal dirinya. Manusia yang enggan menyapa Pemilik-Nya. fauzing